LAPORAN REDUKSI GARAM BESI (III) DENGAN CAHAYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian tentang dampak
aktivitas manusia terhadap lingkungan, pada dasarnya adalah penelitian tentang
hubungan-hubungan kimia. Salah satunya yaitu bagian industri. Operasi-operasi
kimia industri yang sangat besar mempunyai pengaruh yang dramatis dan
berlangsung lama terhadap masyarakat. Proses industri yang utama dimulai dengan
produksi dari tiga di antara logam yang utama dan terdapat beberapa bahan kimia
anorganik maupun organik yang paling bermanfaat, masing-masing proses
menghasilkan zat atau energi yang vital bagi standar kehidupan.[1]
Tanpa disadari bahwa cetak foto juga merupakan hasil bagian dari bahan kimia.
Dimana proses cuci foto tersebut menggunakan larutan kimia.
Dimana dalam proes cetak foto,
digunakan berbagai larutan kimia. Larutan kimia yang sering digunakan dalam
proses tersebut yaitu asam oksalat (H2C2O4), larutan
besi (III) klorida (FeCl3), larutan diamonium fosfat (NH4)2PO4,
larutan heksasiano ferrat (K3Fe[CN]6) dan larutan kalium
bikromat (K2Cr2O7). Dalam proses cetak foto
juga dibutuhkan sinar UV agar hasil yang
diperoleh percetakan tersebut bagus.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah praktikum ini
untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap proses reduksi garam besi (III)
oksalat.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada percobaan ini yaitu bagaimana mengetahui pengaruh cahaya terhadap
proses reduksi garam besi (III) oksalat?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan
yaitu untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap proses reduksi garam besi (III)
oksalat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fotokimia adalah ilmu yang
mempelajari reaksi-reaksi kimia yang diinduksi oleh
sinar secara langsung maupun tidak langsung. Reaksi termal biasa yang
berlangsung dalam gelap memperoleh energi pengaktifannya melalui tumbukan antar
molekul yang acak dan berurutan. Reaksi fotokimia menerima energi
pengaktifannya melalui penyerapan foton cahaya oleh molekul-molekulnya. Karena
itu reaksi ini memberikan kemungkinan selektifitas yang tinggi, yang berarti
bahwa energi dari kuantum cahaya tepat sesuai untuk reaksi tertentu saja. Jadi
tahap pengaktifan dalam reaksi fotokimia cukup berbeda dari lebih selektif
dibandingkan pengaktifan reaksi biasa (termal). Keadaan elektronik molekul yang
tereksitasi mempunyai energi dan distribusi elektron yang berbeda dari keadaan
dasar, sehingga sifat kimianyapun berbeda.[2]
Dalam fotokimia terdapat dua hukum
dasar. Menurut hukum pertama dari Grotthus (1817) dan Draper (1843), peubahan
fotokimia hanya dapat ditimbulkan oleh cahaya yang diserap. Tampaknya hokum ini
jelas sekali, tetapi perlu diketahui bahwa ada pengaruh lain yang tidak
digambarkan oleh Grotthus dan Draper yaitu radiasi yang tidak diserap tetapi
dapat mendorong molekul tereksitasi untuk memancarkan sinar. Setelah munculnya hukum
pertama dari hukum fotokimia terdapat pula hukum
kedua dari fotokimia yang diusulkan oleh Stark dan Einstein (1908-1912) yang
menyatakan bahwa molekul yang menyerap satu kuantum sinar masuk menjadi
teraktifkan. Selain itu, hukum kedua fotokimia merupakan dasar perhitungan dari
hasil kuantum untuk prises tertentu.[3]
Prinsip dasar
dari fotokimia yaitu suatu sistem fotokatalis berisi material semikonduktor yang dapat
berhubungan dengan medium reaksi baik cairan maupun gas. Proses di dalam
fotokatalis adalah jika partikel semikonduktor berada di dalam cairan maupun
gas dan dikenai cahaya UV baik yang berasal dari cahaya matahari maupun lampu
UV. Maka akan menghasilkan pasangan elektron dan lubang (hole). Pasangan elektron dan lubang (hole) ini akan berdifusi ke permukaan partikel semikonduktor
tersebut dan menyebabkan proses oksidasi dan reduksi polutan yang terdapat di
dalam medium.[4]
Dalam proses pencahayaan, jumlah
cahaya juga dapat diukur dengan aktinometer kimia yang menentukan jumlah
perubahan kimia yang terjadi.Hasil reaksi fotokimia dalam aktinometer semula
ditentukan dengan pemancang termik. Dalam reaksi fotokimia zat antara yang tidak
stabil umumnya berada pada konsentrasi yang sedemikian rendah sehingga tidak
dapat dipelajari secara langsung. Salah satu cara untuk memperbesar
konsentrasinya adalah dengan menggunakan kilat cahaya yang
sangat kuat. Kilat berenergi tinggi untuk wakltu yang singkat dapat diperoleh
dengan pembebasan muatan sejumlah besar kapasitor melalui tabung pembawa muatan
gas.[5]
Salah satu
bahan kimia yang terlibat dalam reaksi fotokimia adalah besi (Fe). Dimana Besi tersebut
mengalami reduksi dari besi (III) menjadi besi (II) dengan campuran dari
bahan-bahan kimia yang lain. Keberadaan pasir besi yang terdistribusi secara luas
serta jumlahnya melimpah di Indonesia menjadi daya tarik secara ekonomi. Besi
yang diperoleh dari bijih besi tidak dalam bentuk unsur murni Fe tetapi dalam
bentuk besi oksida. Dalam pasir besi, oksida logam ini dijumpai dalam dua fase,
Fe2O3 dan Fe3O4. Keduanya merupakan bahan magnetik yang menunjukkan sifat
kemagnetan ketika berada dalam medan magnet. Fe2O3 memilikiinteraksi yang lebih
lemah di dalam medan magnet dari pada Fe3O4 yang memiliki inetraksi lebih kuat
di dalam medan magnet.Pasir besi ini dapat lebih dimanfaatkan dalam bidang
material dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi dan ramah lingkungan[6]
Secara
umum besi terdiri dari suatu mineral optik yang bercampur dengan
butiran-butiran dari mineral non logam seperti kuarsa, ampibol, piroksen,
kalsit, feldspart dll, mineral tersebut terdiri dari magnetik, ilmenit, limonit
dan hematite. Mineral bijih
besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesit vulkanik. Bijih besi
dalam bentuk lump ore di pellet dengan komposisi tertentu lalu di reduksi, saat
proses pellet bijih besi ukurannnya diperkecil, sedangkan suhu reduksi adalah
berkisar antara 800 – 1050°C.[7]
Besi (III) kebanyakan terdapat dalam
garam berkristal dan berbentuk anion, sifat reduksi dari besi seperti
anion-anion iodida tidak dapat dilawan karena sifatnya tersebut. Ion fero dalam
besi memberikan garam berkristal dan terdapat juga garam Mohr yang cukup stabil
terhadap udara dan terhadap hilangnya air dan umumnya dipakai untuk membuat
larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetri serta sebagai zat
pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaliknya FeSO4. 7H2O
secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning coklat bila dibiarkan dalam
udara.[8]
Dalam
persenyawaannya, besi (VI) yang paling dikenal adalah anion okso FeO42-
yang diperoleh melalui oksidasi suspensi dalam natrium hidroksida (NaOH) pekat
atau dengan melelehkan serbuk Fe dengan KNO3 sehingga terdapat ion
lembayung merah paramagnetic dengan dua elektron tidak berpasangan.[9]
Besi yang membentuk dua deret diturunkan dari besi (II)
oksida. FeO dalam larutan garam-garam mengandung Fe2+ dan berwarna
sedikit hijau.Ion-ion gabungan dan kompleks sepit yang berwarna tua adalah juga
umum.Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi besi (III) maka merupakan
zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu semakin nyatalah efek
ini dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan
mengoksidasikan ion besi (II). Garam-garam besi (III) atau feri diturunkan dari
oksida besi (III), Fe2O3. Garam-garam tersebut lebih
stabil daripada garam besi (II). Dalam larutannya terdapat kation-kation Fe3+
yang berwarna kuning muda dan jika dilarutkan mengandung klorida serta warnanya
menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi
(II).[10]
Dalam Pengubahan ion besi (II) menjadi besi (III)
dinamakan oksidasi. Dimana keadaan dari oksidasi yaitu kebanyakan logam ini
cenderung untuk memperlihatkan beberapa keadaan oksidasi. Dimana oksidasi besi
oleh ion hidrogen adalah khas bagi logam-logam dengan nilai yang negatif. Perak
yang mempunyai nilai positif tidak dioksidasikan oleh ion hidrogen, tetapi
dioksidasikan oleh asam nitrat pekat.[11]
Selain oksidasi,
proses perubahan besi (III) menjadi besi (II) disebut dengan proses reduksi.
Dimana reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu
elektron atau lebih oleh zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur
direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif).
Jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu
zat ini dioksidasi. Definisi reduksi ini juga sangat umum dan berlaku juga
untuk proses dalam zat padat, lelehan maupun gas. Dari uraian tersebut nampak
bahwa oksidasi dan reduksi selalu berlangsung dengan serempak. Ini sangat
jelas, karena elektron yang dilepaskan oleh sebuah zat harus diambil oleh zat
yang lain.[12]
Proses reduksi
logam besi juga dapat melibatkan ion timah. Dimana potongan-potongan besi
ditambahkan pada larutan dan campurannya disaring, ion timah (II) dapat
dideteksi dengan reagensia merkurium (II) klorida. Hasil yang serupa diperoleh
dengan mendidihkan larutan dengan tembaga atau stibium.[13]
Besi (III) klorida juga berpengaruh
dalam proses cuci cetak tersebut. Dimana besi (III) klorida pewarnaannya merah
darah yang ditimbulkan karena terbentuknya suatu kompleks. Sebenarnya ada
sederetan kation dan anion kompleks yang terbentuk. Kompleks (yang tak
bermuatan itu) dapat diekstraksi dengan mengocok bersama eter. Dimana akan
terbentuk kompleks-kompleks yang tak berwarna dan lebih stabil. Selain besi
(III) klorida, ion heksasianoferat (II) (Fe[CN]6) juga digunakan
dalam proses cuci cetak tersebut, dimana heksasianoferat (II) dari logam-logam
alkali dan alkali tanah larut dalam air dan logam-logam lainnya tidak larut
dalam air dan dalam asam encer dingin, tetapi terurai oleh alkali.[14]
Selain besi
(III) klorida, HCl juga berperan penting dalam proses pencetakan. Dimana HCl
yang sangat pekat akan terbentuk FeCl4 tetrahedral dan garamnya
dengan kation besar bisa diisolasi. Sedangkan ion kompleks dengan SCN-
berwarna merah tajam dan biasanya digunakan sebagai uji semi kualitatif dan
kuantitatif bagi ion ferri atau feri(SCN)3 dan dapat diekstraksi ke
dalam eter. Namun, ion flourida akan melunturkan warnany. Dalam keadaan padat
dikenal ion FeF63-, namun dalam larutannya hanya terjadi
spesies dengan atom-atom F lebih sedikit.[14].
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu Dan Tempat
Hari/ Tanggal : Jumat/ 16 Mei 2014
Waktu : 08.00 - 10.00 WITA
Tempat
: Laboratorium Kimia Aorganik Uin Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:
1. Alat
Alat
- alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu: pipet volume 25 mL, pipet
skala 5 mL, gelas kimia 100 mL, pingset, kaca, batang pengaduk, bulp, botol
semprot dan piring.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan
ini, yaitu: aquadest (H2O), kertas kalkir, kertas saring, larutan
asam klorida (HCl) 0,1 M, larutan asam oksalat (H2C2O4)
0,2 M, larutan besi (III) klorida (FeCl3) 0,01, larutan diamonium
fosfat (NH4)2PO4 0,1 M, larutan heksasiano ferrat
(K3Fe[CN]6) 0,1 M, larutan kalium bikromat (K2Cr2O7)
0,3 M, slotip, tinta cina dan tissu.
C. Prosedur Kerja
Prosedur
kerja pada percobaan ini yaitu menyiapkan alat dan bahan. Menyiapkan gelas
kimia 100 mL kemudian memipet 5 mL diamonium fosfat (NH4)2PO4,
25 mL larutan besi (III) klorida (FeCl3), dan 25 mL asam
oksalat (H2C2O6) 0,2 M pada ruang gelap.
Menyediakan 5 kertas saring yang ukurannya sama dengan kaca, kaca yang dipakai
sebanyak 6 buah. Kemudian membuat pola dari kertas kalkir sesuai ukuran kaca,
sehari sebelum praktikum. Kertas kalkir di celupkan ke dalam larutan yang
dibuat pada ruang gelap kemudian diangkat dengan pinset dan dikeringkan dengan
tissu. Setelah kering, menyusun kaca preparat, kertas kalkir (yang sudah ada
polanya) kertas saring (peka), tutup
dengan kaca preparat dan diselotip. Keringkan dengan cahaya langsung dari
matahari dengan paruh waktu yang berbeda yaitu 5, 10, 15, 20 dan 25 menit.
Setelah kering celupkan pada larutan kalium heksasiano ferrat (K3Fe(CN)6
0,1 M, larutan kalium bikromat (K2Cr2O7) 0,03
M, larutan asam klorida (HCl) dan aquadest (H2O). Mengamati
perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Hasil Pengamatan
a. Larutan (NH4)2PO4
(kuning) + (FeCl3)
(kuning))→ larutan orange + (H2C2O4)
(bening) → kuning, lalu dicelupkan
kertas saring → kuning,
lalu didiamkan 1 hari dan membuat pola kertas karkil dengan tinta cina (hitam) → menempelkan bahan kaca preparat + kertas karkil + kertas saring + kaca preparat →
mengeringkan selama
5 menit → mencelupkan K2Fe (CN)6 (hijau) → biru + K2Cr2O7( kuning) → biru
+ HCL (orange) → biru + air (putih)
→ biru → positif
b. Mengeringkan selama 10 menit → mencelupkan
K2Fe (CN)6 (hijau)→
biru + K2Cr2O7(kuning) → biru + HCL (orange)
→ biru + air (putih)
→ biru → negatif.
c. Mengeringkan selama 15
menit → mencelupkan K2Fe (CN)6 (hijau) →
biru + K2Cr2O7( kuning) → biru + HCL (orange)
→ biru + air (putih)
→ biru → positif.
d. Mengeringkan selama
20 menit → mencelupkan K2Fe (CN)6 (hijau) →
biru + K2Cr2O7( kuning) → biru + HCL (orange)
→ biru + air (putih)
→ biru → positif.
e. Mengeringkan
selama 25 menit → mencelupkan K2Fe (CN)6 (hijau) →
biru + K2Cr2O7( kuning) → biru + HCL (orange)
→ biru + air (putih)
→ biru → positif.
2. Tabel Pengamatan
No
|
Waktu
(menit)
|
Hasil
|
1.
|
5
|
Positif
|
2.
|
10
|
Positif
|
3.
|
15
|
Positif
|
4.
|
20
|
Positif
|
5.
|
25
|
Positif
|
2. Reaksi
FeCl3 + (NH4)2HPO4 FePO4 + HCl + 2NH4Cl
2FePO4 + 3H2C2O4 2FeC2O4 +
2H3PO4 + 2CO2
Reduksi : Fe3+ +
e Fe2+
x 2
Oksidasi : C2O42- 2CO2 + 2e x 1
2Fe3+ + 2e 2Fe2+
C2O42- 2CO2 + 2e
2Fe3+ + C2O42- 2Fe2+ + 2CO2
3Fe2+ + 2K3Fe(CN)6 → Fe3[Fe(CN)6]2 + 6K+
B. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan
percobaan untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap proses reduksi garam besi
(III) oksalat. Dimana dilakuan pencampuran antara diamonium hidrogen fosfat 5
mL dengan besi (III) klorida 25 mL serta asam oksalat 25 mL yang dilakukan di dalam ruang gelap. Dimana asam
oksalat berfungsi untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Sedangkan diamonium
hidrogen fosfat befungsi untuk memperlambat reduksi. Penambahan besi (III)
klorida ke dalam campuran tersebut yang dilakukan di ruang gelap juga berfungsi
untuk memperlambat proses reduksi, kemudian dilakukan pencelupan kertas saring
ke dalam campuran larutan tersebut. Kertas saring berfungsi sebagai kertas peka
cahaya. Kertas saring yang akan digunakan tersebut, sebelumnya harus
dikeringkan. Kemudian ditempelkan pada kaca dan kertas kalikir yang sudah ada
polanya. Kertas kalkir tersebut di gambar dengan menggunakan tinta cina. Dimana
Tinta cina ini memiliki kerapatan yang
lebih besar daripada tinta lainnya, sehingga dapat menghambat masuknya cahaya.
Oleh sebab itu dalam pembuatan pola tersebut digunakan tinta cina. Selanjutnya
kertas saring dan kertas kalikir yang sudah menempel pada kaca dislotip.
Tujuannya agar tidak terjadi oksidasi karena adanya cahaya yang masuk. Kemudian diletakkan di bawah sinar matahari
langsung dengan paruh waktu selang 5, 10, 15, 20, 25 menit. Diletakkan di bawah
sinar matahari agar terjadi perpindahan
secara sempurna dan memberikan hasil positif yang jelas. Serta waktu yang
berbeda digunakan karena ingin membandingkan hasil di antara waktu tersebut.
Setelah terkena sinar matahari langsung, maka slotip dibuka
dan kertas saring dicelupkan ke dalam larutan ion heksasianoferrat (III) yang
berwarna hijau. Tujuann dari pencelupan kalium heksasianoferat pada pembilasan
ini yaitu akan terbentuk warna biru yang menunjukkan besi (III)
oksalat yang terserap dalam kertas saring telah tereduksi oleh cahaya menjadi
besi (II) oksalat, dengan hasil reaksi dengan ion heksasianoferat
adalah besi (II) heksasianoferat yang berwarna biru. Kemudian
kertas saring dicuci dengan kalium
bikromat yang berfungsi untuk mengikat kotoran-kotoran dari ion
heksasianoferrrat (III) dan juga mengikat kelebihan ion heksasianoferrrat (III)
yang digunakan. Kemudian dicuci lagi dengan HCl yang berfungsi
untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kertas yang mengganggu
proses percetakan dan yang terakhir aquadest yang berfungsi membentuk kompleks
dengan besi (III) dengan molekul air sebagai ligannya.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh kelima kertas saring
tersebut diperoleh hasil yang positif. Walapun hasil yang diperoleh pada menit
ke 20 dan 25 kurang daripada menit sebelumnya. Hal ini dikarenakan larutan
heksasioanoferat yang digunakan pada menit ke 10 harus diganti, karena larutan
tersebut telah dipakai sebelumnya sehingga kandungan ion dalam larutan tersebut
sudah berkurang. Dan waktu yang lama pada proses pencahayaan juga tidak bagus
untuk hasil akhir. Dari hasil positif tersebut menunjukkan bahwa percoban hasil
percobaan sesuai dengan teori. Dimana teori menyatakan bahwa ion besi (II) direaksikan dnegan
ion heksasiano ferrat (III), maka akan terbentuk larutan biru (biru turnbull).
Besarnya pengaruh cahaya terhadap reduksi besi (III) menjadi besi (II) aan
tampak sesuai dengan kepekatan warna biru yang terbentuk.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
pengaruh cahaya terhadap proses reduksi garam besi (III) oksalat dilakukan
dengan sinar ultraviolet. Semakin lama waktu penyinaran semakin tidak jelas
noda yang nampak pada kertas saring akibat garam besi (III) tereduksi.
B.
Saran
Saran dari percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan
berikutnya digunakan kertas peka cahaya lain selain kertas saring sehingga
dapat diketahui pengaruh jenis kertas terhadap proses reduksi cahaya terhadap
garam besi (III) oksalat.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin Syam
dan Hendri widiyandari, Sintesis Film
Tungsten Oksida (WO3) Dengan Penambahan Metal Co-Katalis Besi (Fe)
Dan Aplikasi Pada Peningkatan Aktivitas Fotokatalitik
Degradasi Zat Warna Methylene Blue Menggunakan Cahaya Matahari, Jurnal Fisika”, Vol. 2, No. 1 (Januari
2014), 15-24.
Cotton, Albert, Geoffrey. Basic Inorganic
Chemistry.terj. Suharto. Kimia Anorganik Dasar.Jakarta: UI-Press, 1989.
John Whiley, Sons. Phisical
Chemistry.terj. Surdia. Kimia fisika . Jakarta: Erlangga, 1980
Keenan, Charles.
General College Chemistry.terj. Aloysius Hadiyana Putjaatmaka. Ilmu Kimia Untuk
Universitas ( Jakarta: Erlangga, 1984).
Muhammad
Amin dkk, “Karakteristik Fisik Pellet Dan
Sponge Iron Pada Bahanbaku Limbah Karat Dengan Pasir Besi Sebagai Pembanding”,
Jurnal Sumirata FMIPA (Lampung, 2013), 179 – 184.
Svehla.G.
Vogel Analisis Anorganik kualitatif.Jakarta : Kalman media pustaka.
Syamsidar, Ramhadani, Yani. Penuntun Praktikum Anorganik. Makassar:
UIN-Press. 2014.
[1]Keenan, Charles. General College Chemistry.terj. Aloysius Hadyana Putjaatmaka. Ilmu Kimia Untuk Universitas ( Jakarta: Erlangga, 1984) h. 179.
[2]John , Whiley, Sons. Phisical Chemistry.terj. Surdia .Kimia fisika . (Jakarta: Erlangga, 1980) h.219.
[3John , Whiley, Sons. Phisical Chemistry.terj. Surdia.Kimia fisika . h.220.
[4]Burhanudin Syam dan Hendri widiyandari,” Sintesis Film Tungsten Oksida (WO3) Dengan Penambahan Metal Co-Katalis Besi (Fe) Dan Aplikasi Pada Peningkatan Aktivitas Fotokatalitik Degradasi Zat Warna Methylene Blue Menggunakan Cahaya Matahari, Jurnal Fisika”, Vol. 2, No. 1 (Januari 2014).
[5]John Whiley, Sons. Phisical Chemistry. terj. Surdia. Kimia fisika , h.232.
[6]Muhammad Amin dkk, “Karakteristik Fisik Pellet Dan Sponge Iron Pada Bahanbaku Limbah Karat Dengan Pasir Besi Sebagai Pembanding”, Jurnal Sumirata FMIPA (Lampung, 2013), h. 179.
[7]Muhammad Amin dkk, “Karakteristik Fisik Pellet Dan Sponge Iron Pada Bahanbaku Limbah Karat Dengan Pasir Besi Sebagai Pembanding”, Jurnal Sumirata FMIPA, h. 181.
[8]Cotton, Albert, Geoffrey. Basic Inorganic Chemistry. terj. Suharto. Kimia Anorganik Dasar (Jakarta: UI-Press, 1989) , h. 465.
[9]Cotton, Albert, Geoffrey. Basic Inorganic Chemistry. terj. Suharto. Kimia Anorganik Dasar h. 466.
[10]Svehla.G. Vogel Analisis Anorganik kualitatif. (Jakarta : Kalman media pustaka, 1985). h. 256.
[11] Keenan, Charles. General College Chemistry.terj. Aloysius Hadyana Putjaatmaka. Ilmu Kimia Untuk Universitas, ( Jakarta: Erlangga, 1984) , h. 169.
[13] Svehla.G. Vogel Analisis Anorganik kualitatif, h. 256.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar