BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi
hampir 71% permukaan bumi. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Namun
air banyak mendapat pencemaran baik dari sumber domestik maupun non
domestik. Semua bahan pencemar tersebut secara langsung ataupun tidak
langsung akan mempengaruhi kualitas air. Adanya pencemar ini dapat menyebabkan
kekeruhan pada air. Karena itu pengelolaan sumber daya air
menjadi sangat penting, pengelolaan sumber daya air ini sebaiknya dilakukan
secara terpadu baik dalam pemanfaatan maupun dalam pengelolaan kualitas.[1]
Kekeruhan pada air dalam istilah teknik biasanya disebut dengan turbiditas.
Pada umumnya kekeruhan dapat diartikan
buram atau kekaburan dari cairan yang disebabkan oleh partikel individu
(padatan tersuspensi) yang umumnya tidak terlihat dengan mata telanjang, mirip
dengan asap di udara. Pengukuran kekeruhan adalah tes kunci dari kualitas air.
Kekeruhan dalam air permukaan dapat disebabkan oleh pertumbuhan fitoplankton,
kegiatan manusia yang mengganggu tanah, seperti konstruksi dapat menyebabkan
tingkat sedimen yang tinggi ketika memasuki perairan selama musim hujan karena
limpasan air hujan sehingga menciptakan kondisi keruh.[2]
Berdasarkan uraian di atas, maka
dilakukan percobaan penentuan kadar kalsium dan magnesium serta tingkat
kekeruhan dalam air.
Rumusan
masalah dari percobaan ini adalah berapa kadar kalsium (Ca) dan magnesium (Mg)
dengan metode titrasi kompleksometri serta tingkat kekeruhan sampel air sumur?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan
percobaan dalam praktikum ini adalah untuk kadar kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg) dengan metode titrasi kompleksometri serta tingkat kekeruhan sampel air
sumur.
BAB III
TINJAUAN
PUSTAKA
Air
merupakan salah satu kebutuhan manusia. Air yang diperlukan manusia harus
memenuhi secara kuantitatif dan kualitatif. Dari aspek kuantitatif, jumlah air
yang dibutuhkan untuk keperluan minum per orang rata-rata sebanyak 2,5 liter /
hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan suatu rumah tangga untuk
masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter / hari . Dari segi kualitas,
air minum dan air bersih harus memenuhi syarat kesehatan baik secara fisik,
kimia, mikrobiologis maupun radioaktif sesuai peraturan pemerintah melalui
Dinas Kesehatan maupun lingkungan. Air bersih harus bebas dari mikroorganisme
patogen, bahan kimia berbahaya, warna, baudan kekeruhan.[3]
Air di dalam
tanah pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi mikrobiologis, namun
kadar kimia air tanah tergantung dari formasi litosfir yang dilaluinya atau
mungkin adanya pencemaran dari lingkungan sekitar. Dalam aliran air tanah,
mineral-mineral dapat larut dan terbawa sehingga mengubah kualitas air
tersebut. Air tanah sering mengandung unsur-unsur yang cukup tinggi menyebabkan
air berwarna kuning kecoklatan dan bercak-bercak pada pakaian serta dapat
mengganggu kesehatan, yaitu bersifat toksis terhadap organ melalui gangguan
secara fisiologisnya, misalnya kerusakan hati, ginjal dan syaraf. Jika kita mengkonsumsi
air minum secara terus menerus dengan kandungan mangan, besi, magnesium,
kalsium dalam jumlah melebihi baku mutu air maka dimungkinkan adanya akumulasi
logam tersebut dalam tubuh. Oleh karena itu untuk menghindari dampak negatif
yang tidak diinginkan tersebut perlu dicari suatu teknik pengolahan air untuk
menurunkan kadar Besi, Mangan dan logam berat
lainnya dalam air sampai kadarnya di bawah ambang batas yang diperbolehkan.[4]
Persyaratan
untuk mendapat air minum yang bersih dan sehat harus memenuhi kriteria berikut
ini:[5]
1.
Syarat
fisik
Meliputi suhu,
warna, bau, rasa dan kekeruhan. Suhu air yang normal sebaiknya sejuk atau tidak
panas, supaya tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada saluran air atau pipa
yang dapat membahayakan kesehatan. Air minum seharusnya tidak berwarna untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna.
Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak dapat diterima
masyarakat.
2. Syarat bakteriologis
Air
yang dikonsumsi manusia harus bebas dari segala virus, bakteri patogen. Untuk
mengetahui kualitas air secara biologis air tersebut terdapat kurang dari empat
bakteri E. coli maka air tersebut memenuhi persyaratan
kesehatan.
3. Syarat Kimia
Air yang dikonsumsi harus mengandung zat-zat
tertentu dalam jumlah tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah
satu zat kimia di dalam air dapat
menimbulkan gangguan fisiologis pada manusia. Terutama kandungan zat kimia yang
berbahaya akan menyebabkan penyakit serius. Beberapa persyaratan kimia penting terhadap kesehatan manusia
adalah derajat keasaman (pH) yang lebih kirang dari 6,5 dan lebih besar 8,5 menyebabkan rasa tidak enak, zat
organik sebagai KMnO4 yang berlebih menimbulkan
bau yang tidak sedap, kesadahan total diatas 300 mg/l bila dikonsumsi terus
menerus merusak ginjal manusia.
Kesadahan
adalah sifat air yang disebabkan oleh ion-ion logam bervalensi dua dan terutama
ion kalsium dan magnesium. Ion kalsium dan magnesium terlarut dari batuan
kapur. Dampak yang ditimbulkan dari kadar kesadahan yang tinggi adalah
meningkatnya pemakaian sabun, tertutupnya pori-pori kulit, merubah warna
porselin dan dapat membahayakan bagi kesehatan manusia.[6]
Metode yang dapat digunakan untuk
menghilangkan kesadahan pada air yang pertama pemasakan atau pemanasan yaitu
pemanasan air menyebabkan terlepasnya atau dikeluarkannya karbondioksida dari
dalam air yang membentuk endapan CaCO3 yang tidak larut. Yang kedua,
penambahan kapur soda pada air yang mempunyai sifat kesadahan sementara dapat
mengabsorbsi karbondioksida dan mengendapkan CaCO3 yang tidak larut.
Dengan cara memasukkan kapur soda seberat satu ons ke dalam setiap derajat
kesadahan. Yang ketiga penambahan natrium karbonat yaitu penambahan natrium
karbonat digunakan untuk menghilangkan kesadahan sementara. Yang keempat yaitu
pertukaran basa yaitu dalam melakukan pelunakan persediaan air ukuran besar,
digunakan proses permutit.[7]
Turbiditas
merupakan pengukuran optik dari hamburan sinar yang dihasilkan. Hamburan sinar
terjadi karena interaksi antara sinar yang diberikan dengan partikel suspensi
yang terdispersi dalam larutan. Partikel-partikel suspensi tersebut dapat
berupa lempung alga, material organik, mikroorganisme, material koloid
dan bahkan molekul besar sekalipun seperti tannin dan lignin. Prinsip umum dari
alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu partikel ada yang
diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan digunakan
sebagai dasar pengukuran.[8]
Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan
ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam
larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat
kekeruhannya tinggi. Contoh dari kompleks tersebut adalah kompleks logam dengan
EDTA demikian juga titrasi merkuro nitrat dan perak sianida juga dikenal
sebagai titrasi kompleksometri.[9]
Salah
satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkna pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun
sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dibentuk melalui sebuah reaksi logam,
sebuah kation dan sebuah anion atau molekul netral. Ion logam dalam komplek
disebut atom pusat dan gugus yang tergabung ke atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan yang terbentuk oleh atom
logam pusat disebut angka koordinasi dari logam tersebut.[10]
EDTA berpotensi sebagai ligan
seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan sebuah ion logam melalui gugus dua
nitrogen dan empat karboksilnya. Diketahui dari spectrum inframerah dan
pengukuran lainnya bahwa memang demikian adanya. Sebut saja untuk ion kobalt
(II) yang membentuk sebuah kompleks EDTA. Dalam kasus lainnya, EDTA dapat
bertindak sebagai ligan kuinkendentat atau kuadridentat dengan satu atau dua
gugus karboksilnya bebas dari interaksi kuat dengan logam. Untuk mudahnya,
bentuk asam bebas dari EDTA sering disingkat H4Y.[11]
Karena banyaknya logam yang dapat
dititrasi dengan EDTA, maka masalah selektivitas menjadi masalah penting untuk
dikaji. Salah satunya yaitu pada penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan
dengan titrasi EDTA. pH untuk titrasi ini adalah 10 dengan indikator eriochrom
black T. Pada pH lebih tinggi Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat
dikonsumsi hanya oleh Ca dengan indikator mureksid.[12]
BAB III
METODE
PERCOBAAN
A. Waktu Dan
Tempat
Hari / tanggal :
Jumat / 09 Mei 2014
Pukul :
08.00 – 10.00 WITA
Tempat :
Laboratorium Kimia Anorganik
UIN Alauddin Makassar
B.
Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah turbidimeter, PH meter, buret asam 50
mL, Erlenmeyer 250 mL, pipet volume 25 mL, gelas kimia (300 mL dan 100 mL),
statif dan klem, bulp, spatula, pipet tetes 1 mL dan botol semprot.
2. Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades (H2O), air sumur,
buffer pH 10, indikator Erichrom Black T (EBT), indikator mureksid, larutan Ethylene
Diamine Tetra Acetat (EDTA) 0.01 M, larutan natrium hidroksida (NaOH)
1 M dan tissu.
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
- Penentuan Kesadahan Total
a.
Menyiapkan alat dan bahan.
b.
Memipet 25 mL sampel air sumur ke dalam
erlenmeyer 250 mL kemudian menambahkan
buffer pH 10 sebanyak 2 mL.
c.
Menambahkan larutan indikator Erichrom Black T (EBT).
d.
Menitrasi dengan larutan EDTA 0,01 M
sampai warna biru.
e.
Mencatat volume titran yang digunakan.
f.
Melakukan secara duplo.
2.
Penentuan Kadar
Kalsium (Ca)
a.
Menyiapkan alat dan bahan.
b.
Memipet sampel air sumur ke dalam
erlenmeyer dan menambahkan 2 mL NaOH sampai pH 12.
c.
Mencelupkan pH meter untuk mengetahui pH
larutan.
d.
Menambahkan indikator mureksid.
e.
Menitrasi dengan EDTA 0,01 M sampai
berwarna ungu.
f.
Mencatat volume dan melakukan percobaan
secara duplo.
3.
Penentuan Turbiditas
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b.
Membersihkan tabung turbidimeter.
Membersihkan tabung turbidimeter.
c. Memasukkan sampel air sumur ke dalam tabung
turbidimeter hingga tanda batas
e. Membersihkan bagian luar tabung dengan
tissu.
f. Menempatkan
dalam turbidimeter.
g. Mengaktifkan tombol turbidimeter dan
mengantur tombol.
h.
Mencatat kekeruhan sampel air sumur.
sampel air sumur 25 mL + buffer 2 mL +
indikator EBT--------- ungu ------- dititrasi
dengan EDTA 0,01 M------- biru.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1.
Tabel Pengamatan
a. Penentuan Kesadahan Total
No.
|
Volume
Sampel
|
Volume
EDTA
|
Perbedaan
Warna
|
|||
Sebelum
|
Sesudah
|
|||||
1.
|
25
mL
(simplo)
|
2,5
mL
|
ungu
|
biru
|
||
2.
|
25
mL
(duplo)
|
3,5
mL
|
ungu
|
biru
|
b.
Penentuan Kadar Ca
Sampel air sumur 25 mL + 2 mL NaOH pH 12 + indikator
mureksid → merah muda → dititrasi →
ungu.
No.
|
Volume
sampel
|
Volume
EDTA
|
Perbedaan
warna
|
|||
Sebelum
|
Sesudah
|
|||||
1.
|
25
mL
(simplo)
|
2,0
mL
|
Merah
muda
|
ungu
|
||
2.
|
25
mL
(duplo)
|
1,3
mL
|
Merah
muda
|
ungu
|
c. Turbiditas
Sampel air sumur → tabung turbidimeter
→ 0,37 NTU.
No
|
Sampel
|
Tingkat
Kekeruhan
|
|
Standar
|
Sampel
|
||
1.
|
Air
sumur
|
|
0,37
NTU
|
2. Analisis Data
a.
Penentuan
Kesadahan
Total
[CaCO3] = volume
larutan EDTA 0,01 M x [EDTA] x Mr CaCO3 x 1000
Volume
sampel
= 3 mL x 0,01 mol / L x 100 gr / mol x 1000 mg/g
25 mL
= 120 mg/L (ppm)
b.
Penentuan
Kadar
Ca2+
[Ca] = volume larutan EDTA 0,01 M x [EDTA] x Ar
Ca x 1000
Volume
sampel
= 1,65 mL x 0,01 mol / L x 40 gr / mol x 1000 mg/g
25 mL
= 26,4 mg/L (ppm
c. Penentuan kadar Mg2+
[Mg]
= (volume CaCO3 -
volume Ca) x [EDTA] x Ar Mg x 1000
Volume
sampel
= (3 mg/ L– 1,65 mg/L) x 0,01 mol/L x 24,3 gr/mol 1000 mg/g
25 mL
= 13,122 mg/L ( ppm )
B. Pembahasan
Kesadahan adalah
sifat air yang disebabkan oleh ion-ion logam bervalensi dua dan terutama ion
kalsium dan magnesium. Ion kalsium dan magnesium terlarut dari batuan kapur.
Dampak yang ditimbulkan dari kadar kesadahan yang tinggi adalah meningkatnya
pemakaian sabun, tertutupnya pori-pori kulit, merubah warna porselin dan dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia
Praktikum
ini dilakukan untuk menentukan kadar kalsium (Ca) pada air sumur serta
turbiditas sampel air keran. Pada pengukuran turbiditas menggunakan pengukuran standar sebelum dilakukan
pengujian terhadap air sumur. Pengukuran turbiditas kemudian dilanjutkan dengan
pembagian sampel air sumur .
Percobaan
untuk penentuan kesadahan total pertama-tama dilakukan pemipetan pada sampel air sumur 25 mL ke
dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 2 mL larutan buffer pH 10. Fungsi
penambahan buffer untuk mempertahankan pH pada larutan agar tidak terlalu basa
dan tidak terlalu asa. Kemudian ditambahkan EBT, EBT berfungsi sebagai medium
perantara, mempercepat reaksi titrasi dan memberi warna pada larutan. Kemudian
dititrasi dengan EDTA menghasilkan warna biru. Dititrasi dengan EDTA karena
untuk megikat Ca dalam larutan. Warna biru menunjukkan adanya kalsium pada
air. Percobaan dilakukan secara duplo
karena untuk mengetahui perbandingan volume antara kedua larutan tersebut
dengan hasil volume larutan yang berbeda. Dimana simplo memiliki volume yang
lebih tinggi daripada duplo.
Percobaan
untuk penentuan kadar Ca dilakukan pemipetan pada air
sumur kemudian ditambahkan NaOH. NaOH ditambahkan untuk memberikan suasana basa
pada larutan kemudian ditambahkan indikator meruksi. Fungsi penambahan mureksid
adalah untuk memberi warna pada larutan dan sebagai petunjuk adanya OH-
pada larutan. Kemudian dilakukan titrasi hingga berwarna ungu dengan EDTA.
Dititrasi dengan EDTA karena untuk mengikat Mg dalam larutan. Warna ungu
menunjukkan adanya magnesium pada air. Percobaan dilakukan secara duplo karena
untuk mengetahui perbandingan dari larutan tersebut. Dimana hasil volume larutan yang berbeda. Simplo
memiliki volume yang lebih tinggi daripada duplo. Hasil yang
diperoleh dari percobaan ini adalah Pada penentuan turbiditas air sumur yang menggunakan alat turbidimeter yaitu
0,37 NTu.
Menurut WHO kekeruhan air sumur tidak
boleh di bawah 5 NTU dan idealnya harus di bawah 1 NTU. Berarti sampel air
sumur yang diuji tingkat kekruhannya layak untuk diminum.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kadar
kalsium (Ca) yang di peroleh dari percobaan ini adalah kadar Ca dalam
25 mL sampel air sumur adalah 6,24 ppm, kadar magnesium (Mg) 13,22 ppm dan tingkat kekeruhan yang diperoleh adalah 0,37 NTU.
B.
Saran
Saran
pada percobaan ini adalah sebaiknya menggunakan juga air galon agar dapat mengetahui tingkat kekeruhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. Kimia Lingkungan. Jogyakarta : Andi 2004.
Day. J.R, Underwood. A.L. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga, 2002.
Khopkar. S. M. Konsep
Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press, 2003.
Tuti
Rahayu, “Karakteristik Air Sumur
Dangkal Di Wilayah Kartasura Dan Upaya Penjernihannya”.
Vol. 5, No. 2, 2004, h. 105.
Ristiana. Nana,
Astuti. Dwi, Kurniawan. Puji. “Keefektifan
Ketebalan Kombinasi Zeolit Dengan Arang Aktif Dalam Menurunkan Kadar Kesadahan
Air Sumur di Karangtengah Weru Kabupatan Sukoharjo”. Surakarta : Fakultas
Ilmu Kesehatan. ISSN 1979-7621, Vol. 2,
No. 1, 2009.
[1]Rukaesih Achmad, Kimia Lingkungan (Jogjakarta : Andi,
2004), h. 16.
[2] Rukaesih
Achmad, Kimia Lingkungan. h. 25.
[3]Tuti Rahayu,“Karakteristik Air Sumur Dangkal Di Wilayah Kartasura Dan Upaya Penjernihannya”. vol. 5, no. 2, 2004, h. 105.
[4]Tuti Rahayu,”Karakteristik Air Sumur Dangkal Di Wilayah Kartasura Dan Upaya Penjernihannya”, h. 105.
[5]Nana Ristiana, Dwi Astuti dan Tri Puji Kurniawan “Keefektifan Ketebalan Kombinasi Zeolit Dengan Arang Aktif Dalam Menurunkan Kadar Kesadahan Air Sumur di Karangtengah Weru Kabupatan Sukoharjo” Jurnal Kesehatan ISSN 1979-7621 vol 2, no.1, 2009, h. 93.
[6]Nana Ristiana, Dwi Astuti dan Tri Puji Kurniawan “Keefektifan Ketebalan Kombinasi Zeolit Dengan Arang Aktif Dalam Menurunkan Kadar Kesadahan Air Sumur di Karangtengah Weru Kabupatan Sukoharjo” h. 91.
[7]Nana Ristiana, Dwi Astuti dan Tri Puji Kurniawan “ Keefektifan Ketebalan Kombinasi Zeolit Dengan Arang Aktif Dalam Menurunkan Kadar Kesadahan Air Sumur di Karangtengah Weru Kabupatan Sukoharjo” h. 93.
[8]J.R. Day dan A. L Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta : Erlangga, 2002), h. 197.
[9]S.M. Khopkar, Konsep Kimia Analitik (Jakarta : UI Press, 2003), h. 71.
[10]J.R. Day dan A. L Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif , h. 193.
[11]J.R. Day dan A. L Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif , h. 197.
[3]Tuti Rahayu,“Karakteristik Air Sumur Dangkal Di Wilayah Kartasura Dan Upaya Penjernihannya”. vol. 5, no. 2, 2004, h. 105.
[4]Tuti Rahayu,”Karakteristik Air Sumur Dangkal Di Wilayah Kartasura Dan Upaya Penjernihannya”, h. 105.
[5]Nana Ristiana, Dwi Astuti dan Tri Puji Kurniawan “Keefektifan Ketebalan Kombinasi Zeolit Dengan Arang Aktif Dalam Menurunkan Kadar Kesadahan Air Sumur di Karangtengah Weru Kabupatan Sukoharjo” Jurnal Kesehatan ISSN 1979-7621 vol 2, no.1, 2009, h. 93.
[6]Nana Ristiana, Dwi Astuti dan Tri Puji Kurniawan “Keefektifan Ketebalan Kombinasi Zeolit Dengan Arang Aktif Dalam Menurunkan Kadar Kesadahan Air Sumur di Karangtengah Weru Kabupatan Sukoharjo” h. 91.
[7]Nana Ristiana, Dwi Astuti dan Tri Puji Kurniawan “ Keefektifan Ketebalan Kombinasi Zeolit Dengan Arang Aktif Dalam Menurunkan Kadar Kesadahan Air Sumur di Karangtengah Weru Kabupatan Sukoharjo” h. 93.
[8]J.R. Day dan A. L Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta : Erlangga, 2002), h. 197.
[9]S.M. Khopkar, Konsep Kimia Analitik (Jakarta : UI Press, 2003), h. 71.
[10]J.R. Day dan A. L Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif , h. 193.
[11]J.R. Day dan A. L Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif , h. 197.
Permisi, izin salin sebagian tulisannya untuk tugas kuliah ya. Terimakasih banyak.
BalasHapusCasinos Near Mohegan Sun, Uncasville, CT - MapyRO
BalasHapusCasinos Near 충주 출장마사지 Mohegan Sun, 충주 출장마사지 Uncasville, 울산광역 출장마사지 CT. Search by 양산 출장안마 area. Map: 14.7. 거제 출장안마