BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Logam alkali adalah kelompok
unsur-unsur yang berada di golongan I A pada tabel periodik unsur, yaitu Litium
(Li), Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Rb), sesium (Cs), dan Fransium (Fr).
Logam alkali tanah terdiri dari 6 unsur yang terdapat di golongan II,
yaitu Berilium (Be), Magnesium (Mg), kalsium (Ca), Stronsium (Sr),
Barium (Ba), dan Radium (Ra). Di sebut logam karena memiliki sifat-sifat
seperti logam. Disebut alkali karena mempunyai sifat alkalin atau basa jika
direaksikan dengan air.[1]
Ciri khas yang paling mencolok dari
logam alkali dan alkali tanah adalah kereaktifannya yang luar biasa besar.
Kebanyakan orang tidak mengenal logam natrium, kalium dan kalsium karena
logam-logam ini begitu aktif sehingga mereka tak terdapat sebagai unsur, bila
bersentuhan dengan udara atau air akan terlihat korosi. Tak satupun dari
unsur-unsur golongan IA dan IIA terdapat di alam dalam keadaan unsurnya, semua
unsur alkali terdapat dalam senyawa alam sebagai ion (positif-satu) dan semua
unsur alkali tanah terdapat sebagai (positif-dua).[2]
Berdasarkan
uraian di atas, yang melatarbelakangi percobaan ini yaitu untuk mengetahui uji
nyala dan kelarutan dari logam alkali dan alkali tanah.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengetahui reaksi nyala logam alkali dan
alkali tanah?
2. Bagaimana mengetahui kelarutan logam alkali dan
alkali tanah?
C. Tujuan
Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui reaksi nyala logam alkali dan
alkali tanah
2. Untuk mengetahui kelarutan logam alkali dan alkali
tanah.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Unsur-unsur
pada tabel berkala disusun berdasarkan naiknya nomor atom dimulai dari kiri
atas dan disusun dalam deret baris horizontal. Susunan ini menempatkan
unsur-unsur yang serupa dalam golongan (group),
atau famili (family) yang vertikal.
Misalnya, natrium (Na) dan kalium (K) dijumpai bersama dalam golongan berlabel
1 (dinamakan logam alkali). Setiap unsur didaftar dalam tabel berkala dengan
menempatkan lambangnya di tengah sebuah kotak dalam tabel. Nomor atom
ditunjukkan di atas lambang dan massa atom biasanya ditunjukkan di bawah
lambangnya.[3]
Unsur-
unsur dalam sistem periodik yang
dipertimbangkan bersifat logam adalah unsur-unsur golongan s (alkali = golongan
1 dan alkali tanah = golongan 2), sebagian golongan p (misalnya Al = golongan
13, Sn dan Pb = golongan 14), unsur-unsur golongan d (4 – 12), dan golongan 3 (Sc,
Y, Lu) dan golongan f. Model pengelompokkan demikian ini relatif menguntungkan
dalam hal ini sifat-sifat khas masing-masing kelompok s besifat paling
reaktif ionik, kelompok p bersifat amfoterik, kelompok d membentuk senyawa
kompleks dengan berbagai warna dan sifat magnetik dan kelompok f dengan
karakteristik sifat megnetiknya.[4]
Logam biasanya
dianggap sebagai padatan yang keras dengan rapatan massa yang tinggi dan tidak
reaktif. Namun kenyataannya, sifat-sifat logam-logam alkali berlawanan dengan sifat-sifat tersebut yaitu lunak, rapatan
massa rendah dan sangat reaktif. Semua logam alkali (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr) tampak mengkilat, berwarna keperakan,
merupakan konduktor listrik dan panas yang baik. Logam alkali bersifat sangat
lunak, dan semakin lunak dengan naiknya nomor atom pada unsure alkali tersebut.
Litium dapat dipotong dengan pisau, tetapi kalium dapat diremas seperti mentega
lunak. Sebagian besar logam mempunyai titik leleh yang sangat tinggi, tetapi
logam alkali mempunyai titik leleh rendah dan semakin rendah dengan naiknya
nomo tom. Cs meleleh pada temperatur sedikit di atas temperatur kamar.
Kombinasi antara sifat konduktivitas panas yang tinggi dan titik leleh yang
rendah, membuat natrium bemanfaat untuk mentransfer panas pada reaktor nuklir.
Kelunakan dan kerendahan titik leleh logam-logam alkali dapat dikaitkan dengan
lemahnya ikatan metalik dalam unsur-unsur tersebut. Perubahan entalpi atomisasi
logam-logam umumnya berharga antara 400 – 600 KJ mol-1. Ternyata
terdapat hubungan antara sifat lunak dan rendahnya titik leleh dengan rendahnya
perubahan entalpi atomisasi.[5]
Beberapa sifat umum senyawa logam alkali berkaitan
dengan karakter ionik, kestabilan anion-anion besar bermuatan rendah, hidrasi
ion dan kelarutan sebagaimana diuraikan sebagai berikut:[6]
- Karakter ionik: ion logam alkali selalu mempunyai tingkat oksidasi +1 dan sebagian besar senyawanya berupa padatan ionik dan stabil. Senyawa- senyawanya tidak berwarna kecuali dengan anion yang berwarna. Misalnya kromat (CrO3) dan permanganat (MnO4).
- Hidrasi ion: semakin tinggi densitas muatan ion, semakin kuat ion tersebut terhidrasi. Oleh karena logam-logam alkali mempunyai densitas yang jauh lebih rendah daripada densitas logam-logam pada umumnya, maka energi hidrasi senyawa-senyawanya juga sangat rendah dan energi hidrasi semakin kecil dengan jari-jari ion.
- Kelarutan; sebagian besar senyawa-senyawa logam alkali larut dalam air, walaupun kelarutannya berbeda-beda. Sebagai contoh, larutan jenuh litium klorida (LiCl) mempunyai konsentrasi 14 mol L-1, tetapi larutan jenuh litium karbonat (Li2CO3) mempunyai konsentrasi hanya 0,18 mol L-1.
Natrium
(Na) merupakan logam alkali yang berwarna putih perak, sangat reaktif dan
merupakan logam yang lunak. Natrium (Na) dapat bereaksi hebat dengan air yang
membentuk natrium hidroksida (NaOH) dan gas hidrogen. Unsur natrium di alam ditemukan dalam bentuk
garam-garam mineral seperti natrium klorida (NaCl), ntrium karbonat (Na2CO3)
dan natrium sulfat (Na2SO4). Untuk memperoleh natrium
(Na) dapat dilakukan dengan elektrolisis lelehan NaCl. Natrium juga dapat
digunakan pada alat pendingin reaktor nuklir, garam dapur (NaCl) digunakan
sebagai bumbu masak dan natrium bikarbonat (soda kue) digunakan dalam pembuatan
kue.[7]
Golongan alkali
tanah terdiri atas Be, Mg, Ca, Sr, Bad an Ra. Berilium (Be) merupakan anggota
pertama dalam golongannya bersifat hampir semi logam dan oleh karena itu lebih
baik dibicarakan terpisah dan radium (Ra) yang merupakan anggota terakhir
bersifat radioaktif sehingga sifat-sifat kimianya belum banyak diketahui secara
mendalam. Logam alkali tanah berwarna putih keperakan dan mempunyai densitas
(kerapatan) relatif rendah dan semakin besar dengan naiknya nomor atom kecuali
kalsium (Ca). Ikatan metalik logam-logam alkali tanah lebih kuat daripada
ikatan metalik logam alkali sebagaimana ditunjukkan oleh harga atomisasi, titik
leleh dan kekerasan logam alkali tanah juga lebih besar daripada logam alkali.
Walaupun densitas logamnya naik dengan naiknya nomor atom seperti halnya dengan
logam-logam alkali, titik leleh dan entalpi atomisasi berubah hanya sedikit
saja. Logam-logam alkali tanah kurang reaktif dibandingkan dengan logam alkali,
namun lebih reaktif daripada logam-logam yang lain.[8]
Berbeda dengan garam-garam
golongan logam alkali yang mudah larut
dalam air, sebagai garam logam golongan alkali tanah tidak larut dalam air.
Pada umumnya garam alkali tanah yang larut adalah garam-garam nitrat dan
klorida (dari anion valensi tunggal) sedangkan yang sukar larut adalah
garam-garam seperti karbonat dan fosfat (anion valensi ganda). Beberapa anion
menunjukkan kecenderungan kelarutan yang cukup mencolok misalnya garam sulfat
yang mempunyai kecenderungan semakin sukar larut dari atas ke bawah dalam
golongannya sedangkan hidroksidanya menunjukkan hal yang sebaliknya yaitu sukar
larut.[9]
Setiap logam
alkali dan alkali tanah menghasilkan warna nyala yang karakteristik jika
senyawa-senyawa alkali dan alkali tanah tersebut dibakar dalam nyala api. Warna
nyala yang dihasilkan berbeda-beda dari setiap unsur. Warna nyala api dari
logam alkali yaitu merah tua (litium), kuning (natrium), nila (kalium), merah
violet (rubidium), dan biru sesium. Sejumlah energi tertentu dari nyala api
diserap oleh elektron-elektron atom logam hingga terjadi eksitasi dan
kembalinya elektron ke peringkat dasar membebaskan
energi nyala yang khas, sesuai dengan energi transisi elektronik atom logam
yang bersangkutan. Jadi, setiap atom logam alkali mengalami transisi elektronik
yang unik bagi dirinya sendiri.[10]
Uji
kering (pewarnaan nyala) pada garam-garam barium (Ba), bila dipanaskan dalam
nyala Bunsen yang tak cemerlang (yang kebiru-biruan). Memberi warna hijau
kekuningan kepada nyala. Karena kebanyakan garam barium(Ba), kecuali kloridanya
tidak mudah menguap, kawat platinum tersebut harus dibasahi asam klorida pekat
sebelum dicelupkan ke dalam zat itu. Sulfat mula-mula direduksi menjadi sulfida
dalam nyala reduksi. Lalu dibasahi asam klorida (H2SO4)
pekat dan dimasukkan kembali ke dalam nyala. Larutan kalsium sulfat (CaSO4)
jenuh berbentuk endapan putih stronsium sulfat (SrSO4), terbentuk
dengan lambat dalam keadaan dingin, tetapi lebih cepat dengan mendidihkannya.[11]
[11]Svehla, Vogel Analisis Anorganik
KLogam berat
merupakan salah satu pencemar yang sangat berbahaya bagi manusia dan
lingkungannya. Untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi batu padas terhadap logam
toksik maka perlu dilakukan aktivasi secara kimia dengan menggunakan larutan basa ataupun asam.
Hasilnya, dapat meningkatkan beberapa sifat fisik dan kimianya seperti keasaman permukaan dan porositasnya
sehingga lebih efektif sebagai adsorben ataupun katalis daripada lempung tanpa
aktivasi. H2SO4 dan NaOH dapat meningkatkan luas permukaan dan keasaman alofa.[12].
8
|
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu Dan Tempat
Hari / tanggal :
Jumat / 2 Mei 2014
Pukul :
08.00 – 10.00 WITA
Tempat :
Laboratorium Kimia Anorganik
UIN Alauddin Makassar
B. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah cawan porselin, tabung reaksi, rak
tabung, pipet tetes (1 mL dan 2 mL ), batang pengaduk, spatula dan botol
semprot.
2. Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades (H2O), etanol (C2H5OH), korek api, larutan (Mg2+, Ca2+,
Sr2+ dan Ba2+), natrim karbonat (Na2CO3)
0,1M, natrium hidtoksida (NaOH) 0,1M, natrium sulfat (Na2SO4)
0,1M dan sampel (A, B, C, E dan F).
9
|
Prosedur kerja dalam percobaan ini
adalah sebagai berikut:
1. Uji Nyala
a.
Menyiapkan cawan porselin
b.
Memasukkan sampel A ke dalam cawan porselin dengan menggunakan spatula
c.
Menambahkna etanol (C2H5OH) beberapa tetes
d.
Mengaduk sampel tersebut menggunakan batang pengaduk
e. Membakar sampel tersebut ke dalam
cawan porselin dengan menggunakan korek api
f. Mengamati warna nyala api pada sampel
tersebut.
g. Melakukan perlakuan yang sama dengan
sampel B, C, E dan F.
2.
Uji Kelarutan
a. Menyiapkan 12 tabung reaksi
b. Memasukkan larutan Mg2+
pada 3 tabung reaksi, masing-masing sebanyak 1 mL
c. Menambahkan 5 tetes larutan NaOH pada tabung 1, 5 tetes Na2SO4
pada tabung 2 dan 5 tetes Na2CO3
pada tabung 3
d. Mengamati kelarutan pada masing-masing
tabung tersebut
e. Melakukan langkah yang sama pada
larutan Ca2+, Sr2+ dan Ba2+.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
a. Uji Nyala
No.
|
Sampel
|
Warna
|
Unsur
|
1.
|
A
|
Putih
|
Mg
|
2.
|
B
|
Merah Muda
|
Sr
|
3.
|
C
|
Kuning emas
|
Na
|
4.
|
E
|
Jingga
|
Ca
|
5.
|
F
|
Merah
|
Rb
|
b. Uji kelarutan
Sampel
+ Pelarut
|
Kelrutan
|
||
Ca2+
+ NaOH
Ca2+ +
Na2SO4
Ca2+ +
Na2CO3
|
Larut
|
||
Mg2+
+ NaOH
Mg2+
+ Na2SO4
M g2+ + Na2CO3
|
Larut
Larut
Larut
|
||
Ba2+ +
NaOH
Ba2+
+ Na2SO4
Ba2+
+ Na2CO3
|
Larut
Kurang Larut
Larut
|
||
Sr2+ + NaOH
Sr2+
+ Na2SO4
Sr2+
+ Na2CO3
|
Larut
Sukar Larut
Larut
|
2. Reaksi
a. CaCl2 dengan Pelarut
CaCl2 + 2NaOH Ca(OH)2 + 2NaCl
CaCl2 + Na2SO4 CaSO4 + 2NaCl
CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 + 2NaCl
b. MgCl2
dengan pelarut
MgCl2 + 2NaOH Mg(OH)2 + 2NaCl
MgCl2 + Na2SO4 MgSO4 + 2NaCl
MgCl2 + Na2CO3 MgCO3 + 2NaCl
c. BaCl2
dengan pelarut
BaCl2 + Na2SO4 BaSO4 + 2NaCl
BaSO4 + Na2CO3 BaCO3 + 2NaCl
d. SrCl2
dengan pelarut
SrCl2 + 2NaOH Sr(OH)2 + 2NaCl
SrCl2 + Na2SO4 SrSO4 + 2NaCl
SrCl2 + Na2CO3 SrCO3 + 2NaCl
B. Pembahasan
Pada
percobaan alkali dan alkali tanah dilakukan dua uji yaitu uji nyala dan uji
kelarutan. Uji nyala adalah uji warna nyala untuk golongan alkali, alkali tanah
dan transisi dalam sistem periodik unsur. Jika suatu atom diberi energi (panas,
radiasi, listrik) maka elektron yang terletak pada kulit terluar akan
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Untuk kembali ke tingkat dasar,
atom tersebut akan melepaskan energi dengan cara memancarkan emisi yang khas
untuk atom tertentu. Energi yang dilepaskan dapat dideteksi dengan mata atau
menggunakan alat spektrofotometer yang terlihat sebagai warna nyala, yang mana
setiap atom akan menghasilkan warna nyala tertentu. Pada percobaan ini
dilakukan uji nyala dengan cara memasukkan sampel ke dalam cawan porselin dan
menambahkannya beberapa tetes etanol. Kemudian dibakar dengan korek api. Warna
nyala yang dihasilkan dari masing-masing cawan yang berisi sampel tersebut
adalah sampel A berwarna putih (Mg), sampel B berwarna merah muda (Sr), sampel
C berwarna kuning emas (Na), sampel E berwarna jingga (Ca) dan sampel F berwarna merah (Rb). Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa magnesium (Mg) berwarna putih, stronsium (Sr)
berwarna merah muda, natrium (Na) berwarna kuning emas, kalsium (Ca) berwarna
jingga dan rubidium (Rb) berwarna merah. Pada
uji kelarutan untuk golongan alkali tanah dilakukan dengan
melarutkan larutan yang bersifat basa (NaOH), garam natrium sulfat
(Na2SO4) dan natrium karbonat (Na2CO3).
Pada uji kelarutan ion Mg2+, Ca2+, Sr2+ dan
Ba2+. Golongan alkali tanah jika dilarutkan dengan larutan yang
bersifat basa (NaOH) maka akan larut dan apabila dilarutkan
dengan Na2SO4 Mg
dan Ca larut, tetapi Bad an Sr kurang larut. Hasil yang diperoleh sesuai dengan
teori yang menyebutkan bahwa dalam satu golongan dari atas ke bawah logam
alkali tanah semakin sukar larut dalam senyawa sulfat. Dan apabila dilarutkan
dengan Na2CO3 Mg, Ba dan Sr larut, tetapi Ca kurang larut dalam
pelarut Na2CO3. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan
teori yang menyebutkan bahwa dalam satu golongan dari atas ke bawah logam
alkali tanah semakin sukar larut dalam senyawa karbonat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1. Magnesium
(Mg) warna nyalanya putih, stronsium (Sr) klorida warna nyalanya merah
muda, natrium (Na) warna nyalanya kuning emas,
kalsium (Ca) warna nyalanya jingga dan rubidium (Rb) warna nyalanya
merah.
2. Sedangkan kelarutan alkali dan alkali tanah
adalah semakin ke bawah semakin sukar larut.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan pada
percobaan ini yaitu sebaiknya pada percobaan selanjutnya uji nyala dilakukan di
tempat yang gelap agar pada saat mengamati warna nyala apinya lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Diantariani
N.P. Peningkatan Potensi Batu Padas Ladgestone Sebagai Adsorben
Ion
Logam Berat Cr(Iii) Dalam Air Melalui Aktivasi Asam Dan Basa. Jurnal Kimia, Vol 4, No. 1 (Bukit jimbarng: Universitas Udanaya), 2010.
Petrucci, Ralph H. Kimia Dasar Prinsip Dan Terapa Modern. Jakarta: Erlangga, 2008.
Sunardi. Unsur Kimia Deskripsi Dan Pemanfaatannya.
Bandung: Yramawidya, 2010.
Svehla G.
Vogel Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta: PT Kalimantan Media Pusaka, 1985.
Sugiyarto, Kristian. H. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010.
[1]Sunardi, Unsur Kimia Deskripsi Dan Pemanfaatannya (Bandung: Yramawidya, 2010), h. 21.
[2] Kristian H. Sugiarto Dan Retno D.Suyanti, Kimia Anorganik Logam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 130.
[3]Petrucci dkk, Kimia Dasar Prinsip-prinsip Dan Aplikasi Modern (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 49.
[5]Kristian H. Sugiarto Dan Retno D.Suyanti, Kimia Anorganik Logam, h. 103.
[6] Kristian H. Sugiarto Dan Retno D.Suyanti, Kimia Anorganik Logam, h. 107.
[7]Sunardi, Unsur Kimia Deskripsi Dan Pemanfaatannya (Bandung: Yramawidya, 2010), h. 19.
[8] Kristian H. Sugiarto Dan Retno D.Suyanti, Kimia Anorganik Logam, h. 129.
[9] Kristian H. Sugiarto Dan Retno D.Suyanti, Kimia Anorganik Logam, h. 191.
[10] Kristian H. Sugiarto Dan Retno D.Suyanti, Kimia Anorganik Logam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 109.
[11]Svehla, Vogel Analisis Anorganik
Kualitatif (Jakarta: PT Kalimantan Media Pustaka, 1985), h. 299.
[12]Dintariani, Peningkatan Potensi Batu Padas Ladgestone Sebagai Adsorben Ion Logam Berat Cr(III) Dalam Air Melalui Attivasi Asam Dan Basa, Vol 4, No. 1, 2010, h. 92.ualitatif (Jakarta: PT Kalimantan Media Pustaka, 1985), h. 299.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar