Selasa, 03 Juni 2014

laporan halogen



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Unsur-unsur yang menyusun dua golongan utama terakhir dalam tabel berkala sangat berlawanan sifatnya. Halogen merupakan yang paling reaktif dari semua unsur dan ditemukan di daratan hanya dalam bentuk kombinasi (senyawa) dengan unsur lain.  Kecuali oksigen, halogen  terdapat dalam golongan 7A dalam tabel periodik unsur. Halogen meripakan satu-satunya unsur yang tergolong sebagai zat pengoksidasi. Sebaliknya, gas mulia sangat reaktif sehingga dijumpai di alam hanya dalam bentuk unsurnya.[1]
            Unsur-unsur dari halogen yaitu fluor, klor, brom, iod dan astatin. Beberapa unsur-unsur dan senyawa halogen sangat reaktif dan beracun, tetapi senyawa lainnya sangat berbeda jauh sifatnya dan sengaja dipilih untuk dimanfaatkan sifatnya yang lembam (inert) dan tidak beracun. Pada kondisi yang benar, fluorin membentuk senyawa dengan hampir semua unsur, satu-satunya pengecualian ialah dengan helium (He), neon (Ne) dan argon (Ar).[2]
            Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukanlah percobaan halogen ini untuk mengetahui sifat fisika dan kimia dari unsur-unsur halogen serta pembentukan garam halida dari masing-masing unsur tersebut.
B. Rumusan Masalah
                  Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1.      Bagaimana cara mengetahui sifat fisik dan kimia senyawa halogen?
2.      Bagaimana cara mengetahui pembentukan garam halida?           

C. Tujuan Percobaan
      Tujuan percobaan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia senyawa halogen.
            2.   Untuk mengetahui pembentukan garam halida


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Lebih dari satu abad salmpau, para kimiawan mulai menyelidiki penataan unsur-unsur dalam suatu daftar yang dapat mengelompokkan unsur-unsur yang sifat kimianya sama, serta menatanya dalam urutan yang bernalar. Urutan tersebut umunya adalah urutan makin naiknya bobot atom, seperti diketahui usaha-usaha tersebut menjelma menjadi jenis tabel berkala oleh Mendeleyev, dimana unsur-unsur ditata dalam baris horizontal dengan panjang baris yang dipilih sedemikian hingga unsur-unsur yang serupa akan membentuk vertikal.[3]
Salah satu golongan yang terdapat dalam tabel berkala yaitu halogen. Dimana halogen mempunyai empat unsur dalam golongan VIIA diantaranya yaitu fluor, klor, brom, iod ini dikenal sebagai unsur dari keluarga halogen, bahkan sebelum ada perumusan teori yang mengelompokkan mereka bersama-sama pada tabel berkala. Selain keempat  unsur tersebut, adapula sebuah halogen yang langka yaitu astatin yang dibuat pada tahun 1940 dengan eksperimen pengeboman. Sejak saat itu, astatin telah ditemukan dalam alam, tetapi hanya dalam jumlah yang sangat sedikit.[4]
          Beberapa sifat fisika dari halogen yaitu kenaikan titik didih dan titik lelehnya disebabkan dengan bertambahnya nomor atom, dijelaskan dengan fakta bahwa molekul-molekul yang lebih besar mempunyai gaya tarik-menarik Van der Waals yang lebih besar daripada yang dimiliki molekul-molekul yang lebih kecil.
Halogen mempunyai energi pengionan dan keelektronegatifan yang paling tinggi dari keluarga unsur yang manapun. Dari golongan VIIA fluorlah yang paling erat memegang elekton-elektronnya dan iod yang paling lemah.[5]
             Selain sifat fisika,  halogen juga mempunyai beberapa sifat kimia yaitu ada suatu penurunan yang teratur dalam keaktifan kimiadari fluor sampai iod, sebagaimana yang ditunjukkan oleh kecenderungan dalam kekuatan oksidasinya. Molekul fluor yang beratom dua (diatom) itu, F2 merupakan zat pengoksidasi yang lebih kuat daripada unsur lain yang manapun dalam keadaan normalnya. Baik fluor maupun klor membantu reaksi pembakaran dengan cara yang sama seperti oksigen. Hidrogen dan logam-logam aktif terbakar dalam salah satu gas itu dengan membebaskan panas dan cahaya. Reaktivitas fluor yang lebih besar dibandingkan klor terungkap oleh fakta bahwa bahan-bahan biasa termasuk kayu dan beberapa plastik  akan menyala dalam atmosfer fluor.[6]
            Fluorin menempati urutan ke 13 dalam hal kelimpahan dibatuan-batuan dalam kerak bumi dan senyawanya digunakan sejak tahun 1670 untuk elsa dekoratif pada kaca. Namun, upaya berani untuk mengisolasinya sebagai unsur bebas gagal selama bertahun-tahun sampai tahun 1886. Kesulitan memperoleh fluorin unsur ini disebabkan karena sifat pengoksidasinya yang paling kuat. Unsur halogen lain tergolong sedang sampai sangat baik menerima elektron dalam media berair.[7]
              Fluorin merupakan zat pengoksidasi yang kuat yang dibuat hanya melalui elektrolisis. Sel elektrolisis kalium fluoride dilarutkan dalam cairan hidrogen fluorida. Elektrolisis meghasilkan gas hidrogen pada katoda dan gas fluorin pada anoda. Fluorin diproduksi secara komersial dalam jumlah besar untuk industri batang bahan bakar nuklir uranium. Logam uranium direaksikan dengan fluorin berlebih menghasilkan uranium heksafluorida, UF6, suatu padatan putih yang mudah menguap. Uap senyawa ini dipisahkan melalui difusi untuk menghasilkan campuran yang mengandung bahan nuklir sekitar 4%.[8]
            Klor suatu bahan kimia industri yang utama, diproduksi secara komersial dengan beberapa cara, kedua cara atau proses utama melibatkan elektrolisis larutan natrium klorida pekat yang disebut “brine” (larutan pekat garam). Digunakan larutan pekat garam karena dalam larutan klorida encer O2 dan bukan Cl2 yang akan dihasilkan pada anoda. Metode elektrolisis yang utama adalah proses diafragma yang dilakukan dalam suatu alat yang menjadikan lebih dari tiga perempat dari klor/natrium hidroksida yang diproduksi secara elektrolisis.[9]
            Bromin (Br) dapat diperoleh dari air laut melalui oksidasi ion bromid dalam larutan oleh klorin. Secara komersial, bromida diproduksi dari air laut panas yang dialirkan ke puncak menara, sedangkan uap panas dan klorin dimasukkan dari bawah menara. Bromida dan uap air yang keluar dari puncak menara diembunkan, menghasilkan distilasi lapisan terpisah. Bromin pada bawah menara dan air diatasnya. Lapisan bromida dialirkan dan dimurnikan melalui proses destilasi. Bromida banyak digunakan untuk industri senyawa bromida meliputi metal bromida, CH3Br (sebagai
peptisida), perak bromid (untuk film fotografi) dan logam alkali bromid (untuk sedatif). Sedangkan unsur halogen yang keempat yaitu iod diproduksi dari air asin alam melalui oksidasi I dengan klroin yaitu :
2I + Cl2           I2 + 2Cl-
Iodin  juga diproduksi dari natrium iodat, suatu pengotor dalam garam Chili, NaNO3, melalui reduksi ion iodat oleh natrium hidrogen sulfit. Iodin juga digunakan untuk membuat film fotografi dan kalium iodida sebagain nutrisi makanan ternak.[10]
Bilangan iod menunjukkan ukuran ketidakjenuhan atau banyaknya ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang menyusun gliserida dari suatu minyak atau lemak. Nilai bilangan iod merupakan parameter mutu minyak yang penting karena digunakan untuk menyatakan derajat ketidakjenuhan suatu minyak atau lemak. Selain itu, dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis minyak pengering dan minyak bukan pengering. Minyak pengering mempunyai bilangan iod yang lebih dari 130, sedangkan minyak yang mempunyai bilangan iod antara 100 sampai 130 bersifat setengah mongering.[11]

            Halida adalah senyawa biner dimana salah satu bagiannya adalah salah satu atom halogen dan bagian lainnya adalah elemen lainnya atau radikal yang mempunyai tingkat keelektronegatifan lebih kecil daripada atom halogen, untuk membentuk suatu senyawa halogen fluorida, klorida, bromida, iodida atau astatin. Kebanyakan garam merupakan halida. Semua logam pada elemen grup 1 akan membentuk halida yang berbentuk padatan putih dalam suhu ruangan. Ion halida adalah suatu atom hidrogen yang mengikat muatan negatif.  Anion halida contohnya fluorida (F-), klorida (Cl-), bromida (Br-), iodida (I-) serta unsur halogen yaitu  astatin (At). Semua ion ini terdapat pada garam halida ion.[12]
         Suatu senyawa dari dua halogen disebut senyawa antarhalogen. Dalam suatu reaksi antara dua halogen, unsur yang lebih elektonrgatif adalah zat pengoksidasinya dan diberi bilangan oksidasi negatif dalam senyawa itu. Diagram emf untuk halogen, ion halida. Senyawa anorganik penting dari halogen adalah salah satunya halida, asamokso halogen garamnya. Setiap unsur halogen membentuk senyawa biner dengan hidrogen: HF, HCl, HBr dan HI. Semuanya merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang sangat tajam. Dimana hidrogen halida larut dalam air menghasilkan larutan asam yang dinamakan asam hidrohalida. Hidrogen halide dapat dibentuk langsung melalui penggabungan unsur-unsurnya. Fluorin dan hidrogen bereaksi secara hebat. Reaksinya tidak memiliki nilai komersial yang penting sebab flourin normalnya dibuat dari hidrogen fluorida. Klorin dibakar dalam hidrogen berlebih menghasilkan hidrogen  klorida yang digunakan dalam industri.[13]
            Menurut Cotton dan Wilkinson (1989, 375).[14] Pembuatan halida anhidrat adalah sebagai berikut:
1. Integrasi langsung unsur-unsur dengan halogen. Biasanya untuk kebanyakan unsur halogen digunakan HF, HCl, HBr bias juga digunkan untuk logam-logam.
2. Dehidrasi dari halida terhidrat. Pelarut logam, oksida atau karbonat dalam larutan asam halogen yang diikuti oleh penguapan atau pengkristalan memberikan halida terhidrat. Kadang – kadang zat ini dapat didehidrasi dengan pemanasan dalam vakum, namun sering menjurus kepada hasil tidak murni atau oksohalida.
3.  Perlakuan oksida dengan senyawaan halogen lain.
4.  Pertukaran halogen. Banyak halida bereaksi baik dengan halogen, asamnya atau  halida yang larut atau halida lain yang berlebih sedemikian hingga satu halogen ditukar oleh yang lain.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Hari /tanggal        : Jumat/23 Mei 2014
        Pukul                   : 08.00 – 10.00 WITA
        Tempat                 : Laboratorium Kimia Anorganik
                                     UIN Alauddin Makassar

B.   Alat dan Bahan
1.   Alat
                     Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu pemanas listrik, gelas kimia (100 mL dan 250 mL) tabung reaksi, rak tabung, lampu spiritus, pipet tetes 2 mL.
2.   Bahan
                      Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Kertas saring, larutan fluoresein, larutan fluoresein-KBr 0,05 M, Larutan KI 0,05 M, larutan AgNO3 0,05 M, Larutan Pb (NO3)2 0,05 M, Larutan NaCl, Larutan NaBr 0,05 M.
C. Prosedur Kerja
            Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Halogen Bebas
            Menyiapkan 3 kertas saring. Merendam kertas saring 1 dan 2 dalam larutan fluoresein  lalu mengeringkan kertas saring, meneteskan  larutan natrium bromida (NaBr) pada kertas saring 1 dan kalium iodida (KI) pada kertas saring 2 kemudian mengamati perubahan warna yang terjadi pada kertas saring tersebut. Kemudian merendam kertas saring 3 dalam larutan fluoresein-KBr dan diteteskan dengan NaCl, lalu mengamati perubahan yang terjadi.
2. Uji Garam Halida
Menyipakan 6 buah tabung reaksi kemudian memipet NaCl, NaBr dan KI sebanyak 1 mL ke dalam masing-masing 2 buah tabung reaksi dan menambahkan beberapa tetes AgNO3 dan Pb(NO3)2 beberapa tetes pada masing-masing tabung reaksi. Untuk campuran larutan NaCl dan Pb(NO3)2 dipanaskan kemudian mengamati perubahan yang terjadi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
1. Tabel Uji Halogen Bebas
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Gambar
1.
Kertas saring + fluoresein + KI
Merah (+) terdapat iod bebas
 




2.
Kertas saring + fluoresin + NaBr
(-) tidak terjadi brom bebas
 




3.
Kertas saring  + fluoresein-KBr + NaCl
(-) tidak terdapat klor bebas
 





2. Tabel Uji Pembentukan  Garam Halida

No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Gambar
1
NaCl + AgNO3
Endapan putih
 
 



2

NaCl + Pb (NO3)2    dipanaskan

Keruh          jernih
 




3
NaBr + AgNO3
Warna keruh dan endapan putih
  
 



4
NaBr + Pb(NO3)2
Keruh dan endapan putih
 



5
KI + AgNO3
Endapan kuning
   
 



6
KI + Pb(NO3)2
Endapan kuning
 





B. Reaksi


              1. NaCl + AgNO3 ------- AgCl + NaNO3

        2. 2NaCl + Pb(NO3)2  ------ PbCl2+ 2NaNO3


        3. NaBr + AgNO3  ------- AgBr + NaNO3


     4. 2NaBr + Pb(NO3)2   ------ PbBr2 + NaNO3


     5. KI + AgNO3  ------- AgI + KNO3


        6. 2KI + Pb(NO3)2  ------- PbI2 + 2KNO3
C. pembahasan
           
percobaan halogen dilakukan 2 uji, perta uji halogen bebas. Dimana pada uji halogen bebas ini menggunakan kertas saring, kertas saring ini dicelupkan pada larutan fluoresein dan ditetesi dengan kalium iodida (KI). Tujuannya untuk mengidentifikasi adanya iod bebas. Dimana fluoresein ini berwarna kuning dan setelah ditetesi dengan larutan kalium iodida (KI) berubah menjadi merah. Hal ini menandakan bahwa terdapat iod bebas (+), kemudian kertas saring 2 dicelupkan juga pada larutan fluoresein dan ditetesi dengan natrium bromida (NaBr). Tujuannya untuk mengidentifikasi adanya bromin bebas. Warna kertas  saring tidak mengalami perubahan. Hal ini menandakan bahwa dalam larutan tersebut tidak terdapat brom bebas (-). Dan pada kertas saring ke 3 dicelupkan pada fluoresein-KBr kemudian ditetesi dengan natrium klorida. Tujuannya untuk mengidentifikasi adanya klorin bebas. Hasil yang diperoleh dari uji klorin ini negatif (-) karena warna kertas saring tidak mengalami perubahan.
             Uji selanjutnya pada percobaan ini yaitu pembentukan garam halida. Pada pembuatan garam halida, menyiapkan 6 tabung reaksi,  dimana pada masing-masing uji yaitu NaCl, NaBr dan KI membutuhkan 2 tabung reaksi. Pada larutan NaCl dilakukan pemipetan NaCl sebanyak 1 mL kedalam tabung 1 dan ditambahkan beberapa tetes AgNO3 dimana masing-masing larutan tak berwarna menghasilkan endapan putih dan tabung ke 2, 1 mL NaCl  yang ditambahkan dengan beberapa tetes larutan Pb(NO3)2 tak berwarna kemudian dipanaskan menghasilkan larutan jernih. Pada larutan NaBr. Memipet NaBr sebanyak 1 mL pada tabung 1 larutan tak berwarna ditambahkan dengan bebrapa tetas AgNO3 0,05 M menghasilkan endapan kekuning-kuningan dan 1 mL NaBr pada tabung 2 yang ditambahkan dengan beberapa  tetes larutan Pb(NO3)2 menghasilkan larutan bening. Sedangkan pada larutan KI yang tidak berwarna menghasilkan warna larutan menjadi agak keruh dan terdapat endapan setelah diitambahkan beberapa tetas AgNO3 dan menghasilkan warna larutan kuning dan terdapat endapan kuning setelah ditambahkan beberapa tetes  larutan Pb(NO3) pada tabung ke 2 menghasilkan warna kunung dan terdapat endapan kuning. Pada pembuatan garam halida juga diperoleh hasil yang positif sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa larutan NaCl yang diteteskan dengan larutan AgNO3 menyebabkan larutan berubah menjadi keruh dan terdapat endapan putih dan larutan NaCl yang ditambahkan dengan larutan Pb(NO3)2 akan menghasilkan warna jernih pada larutan setelah dipanaskan, pada larutan NaBr yang ditetesi dengan larutan AgNO3 menghasilkan warna keruh dan endapan kekuning-kuningan. Pada larutan NaBr setelah ditetesi dengan larutan Pb(NO3)2 menghasilkan warna keruh, dan pada larutan KI setelah ditetesi dengan larutan AgNO3 akan tampak warna agak kuning  begitupun setelah larutan ditetesi dengan larutan Pb(NO3)2.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Kesimpulan dari percobaan ini adalah
1. Pada percobaan kertas saring fluoresein dengan KI didapatkan hasil positif (+)   yang menandakan terdapat iod bebas dengan perubahan warna merah pada kertas    saring. Sedangkab kertas saring fluoresein dengan NaBr hasilnya negatif (-) dan kertas saring fluoresein-KBr dengan NaCl menghasilkann hasil negatif (-) juga.
2.  Halogen dapat membentuk senyawa garam halida.

B. Saran
            Saran yang disampaikan pada percobaan selanjutnya yaitu kertas fluoresein dan fluoresein-KBr yang akan digunakan dikeringkan dengan baik terlebih dahulu sehingga dapat memberikan hasil dari halogen bebas yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aliem, Ono Suparno dan Kurnia Sofyan. Penentuan Kondisi Terbaik Pengempaan Dalam   Produksi Minyak Biji Karet (Hevea Brasiliensis) Untuk Penyamakan Kulit. Jurnal Teknik, vol 20 (2), 101-109
Cotton. Albert. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press, 2009.

Keenan, Charles. General College Chemistry. terj. Hadyana. Ilmu Kimia Untuk Universitas Jakarta: Erlangga, 1984.

Oxtoby. David, H.P Gillis dan Norman. Principles Of Modern Chemisry, terj. Setiati, Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga, 1999.
Sunarya, Yayan. Kimia Dasar 2. Bandung: CV Yrama Widya, 2012.



[1]Oxtoby, Prinsip-prinsip Kimia Modern, terj. Setiati, Principles Of Modern Chemisry (Jakarta: Erlangga, 1999). hal: 246.
[2]Oxtoby, Prinsip-prinsip Kimia Modern, terj. Setiati, Principles Of Modern Chemisry.  hal: 247.
[3]CottonDan Wilkinson, Kimia Anorganik Dasar, terj. Sahati Suharto, Basic Inorganic Chemistry (Jakarta: UI-Press. 1989),  hal: 48.
[4]Charles, Donald dan Jesse. General College Chemistry, terj. Hadyana. Ilmu Kimia Untuk Universitas ( Jakarta: Erlangga, 1984),  hal: 228.
[5]Charles, Donald dan Jesse. General College Chemistry, terj. Hadyana. Ilmu Kimia Untuk Universita,  hal: 228.
[6]Charles, Donald dan Jesse. General College Chemistry, terj. Hadyana. Ilmu Kimia Untuk Universitas, hal: 229.
[7]CottonDan Wilkinson, Kimia Anorganik Dasar, terj. Sahati Suharto, Basic Inorganic Chemistry, hal. 52.
            [8]Yayan Sunarya, Kimia Dasar 2 (Bandung: CV Yrama Widya, 2012), h. 20.
[9]Charles, Donald dan Jesse. General College Chemistry, terj. Hadyana. Ilmu Kimia Untuk Universitas,  hal: 241.
[10]Yayan Sunarya, Kimia Dasar 2 (Bandung: CV Yrama Widya, 2012), h. 21.
            [11]Ono Suparno, Kurnia Sofyan, Muh. Idham Aliem,”Penentuan Kondisi Terbaik Pengempaan Dalam Produksi Minyak Biji Karet (Hevea Brasiliensis) untuk Penyamakan Kulit”,  Jurnal Teknik, vol 20 (2), 101-109
[12]Keenan, Charles. General College Chemistry,  terj. Hadyana. Ilmu Kimia Untuk Universitas, hal: 247.
                 [13]Keenan, Charles. General College Chemistry,  terj. Hadyana. Ilmu Kimia Untuk Universitas ( Jakarta: Erlangga, 1984) hal: 233.
[14]Cotton. Dan Wilkinson, Kimia Anorganik Dasar, terj. Sahati Suharto, Basic Inorganic Chemistry (Jakarta: UI-Press. 1989, hal. 375.